Lingkaran setan itu terus mengungkung..
Berlatar biru menelikung sosial..
Jaring abu-abu menjerat dengan sanjung..
Seakan telaga dalam tapi dangkal..
Topeng sering membuat lupa
Bahwa amal busuk terbungkus bunga
Desakan buat diri tak berdaya
Hanya berharap ampunan-Nya
Jepara
18042012
Jaring Abu-Abu
Aksi Dahlan Iskan : Film Koboi dengan Produser Incumbent
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Belakangan ini makin ramai saja perbincangan tentang tokoh yang satu ini. Dahlan “Koboi” Iskan.
Kerja Kok Sabtu-Minggu Sih?
Kumpul, Usaha, Dapet Duit Deh... Alhamdulillah...
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing…
Barangkali kita sudah sering mendengar pepatah di atas. Intinya
adalah kebersamaan. Keadaan apapun yang dihadapi, jika kita bersama-sama
rasanya akan lebih baik daripada sendiri. Saat susah, susahnya dibagi
rata sehingga tidak terlalu susah. Saat senang, senangnya dibagi rata
hingga semua sama-sama senang.
Dalam hal bisnis dan keuangan, hal itulah yang menjadi konsep lembaga
Keuangan yang bernama Koperasi. Dikonsep oleh Bapak Negara kita,
Mohammad Hatta. Koperasi menjadi sebuah bentuk lembaga keuangan yang
paling cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia karena asas
KEKELUARGAAN yang dijunjungnya.
Dengan semangat kekeluargaan, segala mimpi dan cita-cita bisa diraih.
Contoh di sebuah kampung yang mayoritas petani, mereka membutuhkan
sarana transportasi untuk mengangkut hasil panen. Maka diadakanlah
koperasi, uang yang dibutuhkan untuk membeli alat transportasi bisa
disediakan dari “urunan” alias iuran anggota Koperasi. Untuk operasional
para anggota Koperasi ini bebas biaya (karena sudah urunan) dan hanya
mengeluarkan ongkos BBM.
Bayangkan apabila para petani di sebuah kampung tidak mau bekerja
sama, mereka jalan masing-masing saja. Maka yang kaya akan semakin enak,
yang miskin makin tidak enak. Petani yang mampu dapat menjual hasil
panen dengan lebih mudah, untungnya semakin besar, tapi yang kurang
mampu akan semakin kesulitan.
Efek Ganda
Kekuatan Koperasi adalah pada anggotanya. Semakin banyak anggota
koperasi, semakin kuatlah koperasi tersebut. Hal ini sesuai prinsip
dalam hidup berjamaah, semakin banyak semakin baik. Shalat saja kalau
sendirian hanya dapat ganjaran 1, apabila berjamaah dapat ganjaran
sampai 27 kali lipatnya.
Kita andaikan lagi dalam bisnis. Misalkan dalam sebuah Kampung tidak ada
pasar di sana. Kalaupun ada, hanyalah para pedagang-pedagang kecil yang
tokonya kecil dan tidak lengkap. Jika orang kampung ingin berbelanja
mereka harus pergi agak jauh ke tempat yang lebih ramai.
Namun dengan Koperasi, pedagang-pedagang kecil tadi bisa disatukan
dan dikumpulkan, anggota yang non-pedagang pun bisa ikutan investasi,
membentuk sebuah Toko Serba Ada, misalnya. Keuntungan Toserba ini
otomatis akan mensejahterakan semua yang ada di Kampung itu karena
modalnya pun hasil urunan masyarakat.
Koperasi Karyawan
Di perusahaan tempat saya bekerja, ada sebuah Koperasi yang
anggotanya adalah para karyawan dan purna-karyawan. Koperasi ini saya
lihat memegang peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan
anggotanya. Modal dikumpulkan dari Iuran wajib dan Iuran Pokok. Dari
situ usaha Koperasi bisa berjalan. Dimulai dari Toko, pinjaman uang
kepada anggotanya, sampai usaha lainnya seperti Rental Mobil, dll.
Apabila kita anggap saja, Karyawan di kantor saya berjumlah sekitar
200 orang dan Iuran Pokok sebesar Rp 100.000. Maka Dana pokok yang ada
sekitar Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Iuran wajib sebesar Rp
30.000 per bulan, maka ada dana tambahan Rp 6.000.000 (enam juta rupiah)
per bulan. Bayangkan jika Koperasi ini berjalan selama 5 tahun saja,
akan ada dana sebesar Rp 380.000.000 (tiga ratus delapan puluh juta
rupiah).
Jumlah di atas belum ditambah dengan keuntungan dari Toko, Pinjaman
anggota (margin 1,3 % per bulan), dan usaha lainnya. Jumlah anggota pun
terus bertambah seiring bertambahnya karyawan baru. Mungkin nilai asset
Koperasi Karyawan ini bisa Milyaran!! Ini baru satu kantor lho. Kalau
Koperasi ini dijalankan secara aktif di seluruh Kantor BUMN (minimal)
maka mungkin bisa sampai Trilyunan asetnya!
Potensi Sosial Koperasi
Dari potensi koperasi yang begitu besar, alangkah baiknya jika tetap
mengedepankan aspek sosial. Keuntungan yang didapat anggota sudah pasti,
tapi bagaimana dengan masyarakat miskin yang belum jadi anggota? Untuk
membayar iuran pun dia mungkin tidak sanggup?
Inilah yang harus menjadi perhatian kita. Sebaiknya koperasi juga
mengajak kalangan orang miskin dan tidak mampu untuk berkembang bersama.
Dalam penyertaan modal misalnya, untuk kalangan tidak mampu diterapkan
sistem bagi hasil yang tidak memberatkan sehingga usaha kecil dapat
berkembang. Masyarakat yang tadinya miskin dan tidak mampu dirangkul
menjadi anggota dan diberikan modal usaha.
Mungkin ini salah satu penyebab “ekonomi Indonesia lebih tangguh”
dibanding Negara lain. Itu sih katanya. Tapi saya pikir salah satu
penyebabnya adalah kita punya sistem koperasi. Sistem yang akan membuat
setiap orang menjadi lebih kokoh dalam perekonomiannya. Semoga ke
depannya kemiskinan di Negara ini dapat semakin berkurang karena
koperasi.. Amin.
… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS Al-Maidah (5) : 2)Wallahu a’lam bishshawwaab…
Semarang
13042012
Rumah Pintar Hemat Energi
Bismillahirrahmanirrahim
Hemat Energi
Listrik dibuat dari sumber energi primer seperti batu bara, minyak bumi, gas, air terjun, dll. Berikut ini gambar proporsi sumber tenaga listrik di Indonesia :
Satu Bumi, Miliaran Dunia, Satu Koneksi
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Explore Your Connection Life, Explore A New World...
Manusia tinggal di bumi yang satu, tapi tidak selalu satu "dunia". Ya, setiap orang memiliki dunianya masing-masing. Kalo ada dua orang bertemu dari dua backgroung yang berbeda kita seringkali menyebut istilah "beda dunia" atau "beda alam". Padahal sama-sama masih nginjak Planet Bumi. Aneh kan? He he he
Pernah nggak sih, Anda merasakan hal ini : bertemu seseorang yang baru, lalu Anda merasa seperti menemukan "Dunia Baru" yang sama sekali berbeda dari yang pernah Anda alami. Mungkin saja hal itu sering terjadi kan?
Namun saya punya pengalaman yang baru saya rasakan belakangan ini. Di era internet ini, menjadi semakin mudah untuk menelusuri "dunia seseorang". Kita bisa dengan lebih mudah mengetahui latar belakang dan aktifitas seseorang : di mana ia bekerja, menikah dengan siapa, punya prestasi apa saja, hobinya apa, pernah jalan-jalan ke mana saja, bahkan sampai curhat-curhatnya. Selama orang tersebut menghendaki, info apapun dapat diketahui oleh miliaran orang di seluruh dunia.
Revolusi
Tak jarang saya iseng menelusuri teman lama yang kini sudah jarang berkomunikasi. Saya tinggal baca facebook pagenya, blognya, atau ikuti twitternya. Dalam beberapa menit atau bahkan detik saya bisa mengetahui banyak hal yang baru tentang teman saya tersebut. Sebutlah si Fulan, yang dulu teman satu kampus, setelah beberapa tahun sekarang saya bisa tahu dia sudah menikah, punya anak, punya jabatan, dll hanya dari internet. Asalkan orang tersebut memang rajin menuliskan kehidupannya di internet. Kalau tidak ya, harus bertanya langsung.
Yang ingin saya garis bawahi di tulisan saya ini adalah, betapa menariknya kehidupan sosial sekarang. Kemajuan IT yang sangat pesat menjadikan adanya sebuah "Techno-Social Revolution", alias revolusi sosial akibat kemajuan teknologi. Ketika seseorang berinteraksi dengan komunitas sosialnya via internet, ia dapat menjelajahi "dunia baru" dari kawannya. Ia dapat menemukan hal-hal baru yang tidak pernah dirasakan. Dan menemukan kejutan-kejutan yang menyenangkan.
Inspirasi
Membaca kehidupan seseorang via internet (facebook, twitter, blog, linkedin, dll) terkadang membawa inspirasi bagi saya. Terus terang saya jadi rajin menulis setelah membaca blog-nya Pak Budi Rahardjo, dosen saya waktu kuliah di ITB. Di sela kesibukannya dia amat rajin menulis dan mengupdate blognya hampir setiap hari. Dari mulai hal ringan hingga hal rumit berbau teknis yang berkaitan dengan pekerjaannya. Itulah yang menginspirasi saya untuk lebih sering menulis.
Masih banyak lagi teman-teman saya yang lain yang bisa saya jadikan inspirasi. Ada teman yang jalan-jalan ke suatu tempat wisata yang menarik, jadi inspirasi saya untuk mengunjunginya juga. Atau tempat makan yang enak, hobi yang seru, dll.
Senjata
Tentu saja sifat teknologi sebetulnya bagaikan sebuah Senjata. Apabila berada di tangan orang yang tepat dan berniat baik, akan menjadi sangat bermanfaat. Lain halnya bila berada di tangan orang yang tidak tepat dan berniat tidak baik, juga dapat menjadi sangat merugikan. Marak juga kan kasus-kasus penipuan akibat media sosial? Itulah pentingnya kita berhati-hati.
Wallahu a'lam bishshawwaab...
Semarang
11042012
APBN Defisit, Bukti Kemalasan Kita!?
APBN Defisit, sudah menjadi rahasia umum barangkali. Saya pribadi
baru menyadarinya sejak tahun 2008 setelah lulus kuliah. Mungkin saking
terlenanya saya oleh “dunia akademis” sehingga tidak sempat memikirkan
hal-hal yang berbau “isu nasional”.
Sempat kaget juga, sampai-sampai mata ini rasanya terbelalak
menyaksikan angka minus tersebut. Ah, tapi saya ga mau mikir yang
berat-berat Yang kalo dijabarkan bakalan sehari semalem baru kelar..
Yang jelas-jelas “terasa” aja deh, kenapa anggaran negara ini bisa
“Besar Pasak Daripada Tiang?”
Secara logika umum, jika defisit ada dua hal yang bisa dilakukan :
Menaikkan Pendapatan dan Menurunkan Pengeluaran. Bisa salah satu atau
dua-duanya. Yang mana yang paling realistis.
Mari kita lihat dari pengeluaran.. Yang katanya paling besar porsinya
setelah anggaran pendidikan (yang dipatok 20 %) adalah subsidi energi
yang mencapai 15 % lebih dari total belanja negara, bahkan di APBN-P
mungkin mendekati 20 %…
Tentang subsidi energi, ini yang baru aja rame banget dibicarakan..
Sangat pelik dan pahit. Indonesia belum mandiri secara energi. Padahal
negara ini terkenal dengan berbagai macam potensi Sumber Daya Alamnya.
Fosil dan Non-Fosil. Tapi kita sudah terbingkai dan kebablasan
ketergantungan pada sumber energi fosil yang dikuasai asing. Akhirnya
terkatung-katung, kebirit-birit nutupi subsidi.
Listrik yang sudah terlanjur mudah didapat jadi salah satu “peminum
subsidi” yang banyak. Tingkat pertumbuhan listrik di masyarakat yang
semakin besar tidak didukung oleh strategi antisipatif yang baik. Banyak
pembangkit masih “minum” BBM, yang harganya semakin selangit. Sedangkan
harga jual listrik ke masyarakat harus murah. Akhirnya subsidi.
Mau pindah ke lain hati, eh, pindah ke lain sumber energi bukan hal
mudah. Pakai gas, harus bangun infrastruktur pipa gas yang tidak dekat.
Pakai batu bara, bangun PLTU-nya bermasalah. PLTU dikuasai kontraktor
C*na yang bilangnya murah tapi akhirnya malah ga terarah. Sering
perbaikan daripada operasi.
Sebenarnya, subsidi energi merupakan hal yang wajar dan harus
dilakukan pemerintah. Lihat UUD 1945 Pasal 33, memang sudah menjadi
kewajiban pemerintah mensejahterakan masyarakat pada level kebutuhan
dasar. Hanya mungkin masalah salah kelola di sana sini yang menyebabkan
“kebablasan subsidi energi”.
Subsidi tetap harus ada, tapi untuk kalangan yang tepat. Bagaimana
membatasi warga2 mampu untuk membeli BBM bersubsidi. Mereka tetap dapat
subsidi tapi dibatasi.
Kembali lagi tentang APBN. Mengapa seolah-olah pemerintah “santai”
dengan defisit APBN? Ini tidak masuk logika akal sehat saya. Kenapa
perencanaan kok defisit. Di tahap perencanaan seharusnya dibuat
bagaimana caranya supaya imbang, bahkan surplus.. Kalo memang
pelaksanaannya defisit ya lain lagi. Ini kok terbalik ya?
Apa ini cerminan bangsa kita? Masalah anggaran defisit “dianggap
santai”, dengan gampangnya nanti jadi berhutang. Apa ini sengaja dibuat
agar negara kita selalu berhutang? Dengan anggaran defisit ini jadi
pembenaran kita untuk terus menambah hutang2 baru ke pihak asing?
Saya kira ini jadi bukti kemalasan kita.
Semarang
04042012
It's Time To Say Goodbye, Dear Oil...
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Meneruskan tulisan saya sebelumnya tentang BBM... Sepertinya masalah energi buat sebagian orang akan selalu menarik untuk dibahas.
Okelah, sekarang (sebagian) orang sudah mulai "siap"dengan kenaikan harga minyak dunia.. Namun apakah kita sudah memikirkan jangka panjangnya, sampai kapan kita mau terus bergantung pada minyak?
Indonesia yang jaman dahulu terkenal sebagai negara penghasil dan pengekspor minyak seharusnya tidak masalah dengan kenaikan harga minyak dunia. Akan tetapi bagaimana sekarang? Apakah status Indonesia masih seperti itu?
Hmm.. mari kita lihat data,
Dari tahun 1989 - 2000, produksi minyak mengalami penurunan rata-rata 17,65 % hingga ke level 1.450.000 barel per hari, sedangkan tingkat konsumsi terus mengalami peningkatan 67,8 % hingga menyentuh angka 1.150.000 barel per hari. Di tahun ini Indonesia mulai "seret" mengekspor minyak, yakni hanya 300.000 barel per hari.
Pada tahun 2003 awal, untuk pertama kalinya Indonesia mengalami "impas" dalam produksi dan konsumsi BBM.. Produksi minyak terus turun hingga angka 1.220.000 barel per hari, di saat yang bersamaan konsumsi minyak dalam negeri naik ke angka yang sama! Inilah TITIK BALIK kondisi PERMINYAKAN negara Indonesia, dari negara pengekspor ke negara pengimpor. Populasi yang terus bertambah dibarengi peningkatan kebutuhan industri dan ekonomi membuat negara ini semakin "haus" akan minyak.
2004 dan setelahnya, nilai kuantitas produksi minyak kita semakin turun saja menuju ke angka 1.000.000 barel per hari di tahun 2006, sedangkan angka konsumsi seakan tidak peduli, terus saja naik hingga mendekati angka 1.300.000 barel per hari. Di akhir grafik ini, yakni pada tahun 2010, kita bisa melihat posisi minyak Indonesia DEFISIT 324.000 barel per hari, dimana defisit itu harus kita tutupi dari impor minyak.
Seharusnya dari tahun 2002 kita sudah mulai waspada, bahkan jauh sebelumnya kita seharusnya sudah bisa memprediksikan bahwa cadangan minyak kita sudah mulai seret.. Sedangkan nilai konsumsi BBM tidak juga diberi "penekanan". Seharusnya di awal tahun 2000 pemerintah yang saat itu baru saja REFORMASI mulai menata kebijakan energi Indonesia di masa yang akan datang.
Setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi Indonesia :
1. Mengurangi ketergantungan konsumsi BBM di Indonesia di segala sektor (transportasi, pembangkit listrik, dll).
2. Mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber energi alternatif BBM seperti Gas, Batu bara, terutama seumber energi terbarukan seperti Matahari, Panas Bumi, Angin, Gelombang Laut, Biomassa, dll.
Dengan segala potensi yang dimiliki oleh Indonesia, seharusnya hal tersebut menjadi sangat mungkin dilakukan. Say Hello to Renewable Energy, Goodbye Oil Energy!!
Bandung
24032012
BBM : Bahan Banyak Mafia...
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Pemerintah dalam waktu dekat ini berencana menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Mungkin kita sudah tahu bersama, harga minyak dunia yang semakin tinggi dan konsumsi BBM kita (Indonesia) yang melebihi produksi dalam negeri menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor minyak.
Data dari CIA Worldfact mengungkapkan total konsumsi minyak Indonesia 1,292 juta barel per hari, sedangkan produksinya 1,031 juta barel per hari. Sehingga Indonesia mengalami defisit minyak sekitar 271 ribu barel per hari. Itu kalau produksinya maksimal, kalau sumur minyak dalam negeri sedang seret, ya lebih banyak lagi butuh impornya.
Akan tetapi justru ketidak-adilan harga terjadi saat proses impor BBM ini. Pertamina bertanggung jawab mengimpor
BBM lewat anak perusahaannya yang disebut Petral (PT Pertamina Energy
Trading Ltd).
Mari kita simak pendapat dari Rizal Ramli, mantan Menteri Perekonomian era Gus Dur mengatakan ( http://www.voanews.com/indonesian/news/Rizal-Ramli-Indonesia-Rugi-Rp-20-Miliar-Perhari-dari-Impor-Minyak-143760326.html ) :
Ketua Umum Aliansi Rakyat untuk Perubahan Rizal Ramli mengungkapkan Indonesia tidak perlu memberlakukan kebijakan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jika pemerintah mampu memberantas para mafia impor minyak. Rizal Ramli memprediksikan selama ini akibat ulah mafia impor minyak negara mengalami kerugian mencapai Rp. 20 miliar rupiah perhari.
Menurut mantan menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini, mafia impor minyak selama ini sangat diuntungkan dengan proses pengadaan impor minyak dengan sistem tender. Apalagi setiap harinya Indonesia mengimpor sekitar 400 ribu barel minyak mentah dan 500 ribu barel minyak jadi seperti premium, solar dan minyak tanah.
“Ada mafia migas kelompok orang yang mendapatkan keuntungan 2-3 dolar perhari, kalikan 900 ribu barel, mereka dapat lebih dari 2 juta dolar, 20 miliar perhari, kalikan 360 mereka dapat lebih dari 7 triliyun, tetapi mereka ada karena dukungan dari kekuasaan, mereka menyogok orang-orang yang berkuasa,” ungkap Rizal Ramli.
Rizal Ramli menegaskan banyak jalan yang sebenarnya bisa dilakukan pemerintah selain memberlakukan kenaikan harga BBM. Jalan tersebut dapat berupa pemberantasan mafia impor migas dan pembangunan kilang baru.
“Ini luar biasa keterlaluan, kenapa tidak sikat mafia migas ini, bangun kilang sehingga ongkos memproduksi BBM itu lebih murah, kita sering dicekokin bahwa ini subsidi untuk rakyat padahal sebagian besar ini subsidi untuk KKN di sektor migas dan subsidi ketidakefisienan,” kecam Rizal.
Proses impor minyak ini pun menurut Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Erik Satya Wardhana, memiliki banyak "kebocoran" dan tidak efisien. Berikut kutipan dari politikindonesia ( http://www.politikindonesia.com/index.php?k=pendapat&i=32164-Salah-Kelola-Petral-oleh-Pertamina ):
14/03/2012 12:22 WIB
Salah Kelola Petral oleh Pertamina
....
Soal pola pembelian melalui broker atau trader yang dilakukan oleh Petral dalam pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minya (BBM) jenis premium. Secara logika, pembelian tidak langsung (melalui broker/trader) pasti akan lebih mahal dari pada pembelian langsung kepada produsen. Kondisi ini menjadi penyebab tingginya biaya pengadaan, yang secara otomatis memberi kontribusi bagi mahalnya harga minyak di dalam negeri yang berakibat pada beban APBN.
Fakta ini, ujar Erik, dapat dilihat dalam kejanggalan pada kasus pengadaan minyak mentah jenis azari crude yang dilakukan Petral. Dimana, harga dari Socar yang merupakan produsen azeri crude ternyata lebih mahal dari harga yang ditawarkan PTT Thailand yang merupakan trader.
Sedangkan penjelasan Vice Presiden Marketing Petral pada 23 Februari lalu, bahwa alasan dimenangkannya PTT Thailand karena harga yang ditawarkan lebih rendah dibanding Socar. “Ini aneh, karena PTT Thailand pasti memperoleh azari crude dari Socar. Bagaimana mungkin harga trader lebih rendah dibanding harga produsen.”
...
Persoalan lainnya yang melingkupi Pertal, adalah terkait beban transportasi. Erick mengaku menerima data adanya inefsiensi dalam pengapalan minyak. Berdasarkan data yang diterima, besarnya inefisiensi di proses pengapalan mencapai sekitar Rp26,1 miliar sebulan atau lebih dari Rp300 miliar setahun.
“Lagi-lagi ini akibat praktek broker yang menyebabkan biaya sewa kapal menjadi terlalu besar, jauh di atas harga yang wajar. Kalau di total permainan dalam pengadaan crude oil, premium, solar dan avtur, inefisiensi Petral bisa mencapai sekitar Rp.4 triliun dalam setahun,”
...
Erik Satrya Wardhana, Wakil Ketua Komisi VI DPR
Dari artikel-artikel di atas ada tiga hal yang saya highlight :
1. Indonesia mengimpor BBM lewat broker alias "calo"
2. Ada permainan dalam tender sehingga "pasti" menang broker / perantara / "calo" daripada PRODUSEN
3. Biaya lewat broker / perantara / "calo" pasti lebih tinggi.
Dari sini dapat kita lihat bahwa, masalah BBM adalah masalah "ladang uang" yang tidak sedikit bagi banyak pihak. Sungguh tidak masuk di akal bahwa menurut pengakuan Pertamina, harga beli di produsen lebih mahal daripada harga beli di toko / perantara. Apakah tidak aneh?
Sungguh kita telah dipermainkan. Harga BBM telah dipermainkan. 230 juta rakyat Indonesia telah dipermainkan. Apa yang bisa kita lakukan?
Jadi, sebetulnya kenaikan BBM untuk apa? Harga BBM dikendalikan oleh siapa?
Mengapa tidak bisa transparan dalam pengadaannya, langsung dari produsen saja sehingga harga lebih murah?
Memang banyak pr-pr lain yang harus kita kerjakan dalam urusan BBM ini :
1. Peningkatan produksi minyak dalam negeri
2. Penghematan penggunaan BBM, beralih ke Gas dan Listrik, serta energi alternatif lain seperti Matahari (Solar) dan BIOFUEL.
Sekian dulu... mudah2an bermanfaat..
Semarang
22032012
Nyamuk, oh.. Nyamuk..
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Nyamuk. Binatang ini sering dianggap mengganggu bahkan berbahaya bagi manusia.
Karenanya ia sering diburu dengan obat semprot, raket listrik, sampai metode tradisional (ditabok pake tangan).
Nyamuk.
Binatang yang telah dituduh jadi biang keladi berbagai penyakit yang ada.
Mulai dari DB (demam berdarah), Malaria, Kolera, sampai Chikungunya.
Kalo ada warga RT yang terkena penyakit itu, solusinya simpel : FOGGING, alias pemberantasan nyamuk secara besar-besaran menggunakan obat nyamuk yag dibikin kayak asap / kabut.
Bagi orang yang kena penyakit gara-gara nyamuk, dia jadi sumber bencana.
Nyamuk.
Binatang ini telah berjasa bagi jutaan orang di dunia.
Sampe-sampe ada perusahaan raksasa bisa kaya gara-gara nyamuk.
Maksudnya bikin industri obat nyamuk.
Bagi orang yang "hidup" dari industri obat / perlengkapan pembunuh nyamuk, harusnya dia jadi pahlawan.
Fakta Menarik Tentang Nyamuk
Tahukah Anda?
Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah, dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan.
Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga.
Nyamuk betina perlu memberi nutrisi protein yang terdapat dalam darah untuk perkembangan telur-telurnya.
Teknologi Nyamuk
Nyamuk selalu dapat menemukan sasarannya dengan tepat karena mereka melihat dengan gerakan, panas tubuh, dan bau tubuh.
Disini dia memakai 3 sensor yang luar biasa sekaligus.
Teknologi yang diadaptasi manusia dalam peluru kendali baru hanya bisa 1 macam.
Sewaktu nyamuk hinggap di tubuh dia menempelkan mulutnya yang mirip sedotan disebut juga probosis.
Lalu terdapat pisau yang merobek kulit maju mundur, hingga menemukan urat darah, setelah itu baru darah yang ada dihisap.
Dalam prosesnya nyamuk juga mengeluarkan air liur yang mengandung antikoagulan untuk mencegah darah yang dia hisap membeku.
Proses ini berlangsung cepat dan seolah-olah proses yang terjadi adalah nyamuk menusuk tubuh padahal tidak begitu, nyamuk membedah kita seperti layaknya dokter bedah yang cepat dan akurat.
Subhanallah.. Dokter bedah harusnya belajar dari Nyamuk!
Setelah nyamuk kenyang dia akan mencabut probiosis dan terbang.
Air liur yang tertinggal di kulit kita akan merangsang tubuh layaknya ada benda asing yang mengganggu, terjadilah proses yang dikenal dengan alergi, dan yang terjadi adalah bentol-bentol dan gatal.
Buat orang yang udah sangat terbiasa mungkin udah ga gatal lagi, udah kebal, he he he.
(diadaptasi dari sumber : wikipedia.org)
Kutu Loncat dalam Kotak Korek
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Alkisah, ada seorang pemuda yang sedang berkelana mencari jati dirinya. Dia pun berkelana ke negeri nan jauh untuk menimba ilmu. Sampai suatu saat ia tiba di sebuah negeri yang makmur dan maju. Ia pun terpesona dan penasaran mengapa negeri itu bisa begitu maju dengan pesat.
Ia pun bertemu penduduk setempat dan mengobrol, mencari tahu budaya setempat. Ia pun menanyakan ; Siapakah pemimpin kalian? Orang seperti apakah dia? Penduduk setempat pun menjawab ; Pemimpin kami adalah orang yang sederhana dan bijak, dia adalah seorang guru. Pemimpin kami orangnya sangat santai dan ramah, dia dapat ditemui dengan mudah tidak ada acara protokoler yang rumit.
Mendapat jawaban tersebut sang pemuda itu kaget dan penasaran, mengapa di negeri semaju dan semodern ini seorang guru bisa menjadi pemimpin tertinggi? Dan mengapa ia bersikap begitu santai, padahal bagi pemimpin keselamatan kan yang utama?
Pemuda itu pun bertekad untuk menemui pemimpin negeri itu yang biasa disebut "Sang Guru". Ia pun mengunjungi kantor pusat pemerintahan di Ibu Kota.
Ketika ia sampai di Kantor Pemerintahan, ia melihat sebuah bangunan tua yang megah. Terlihat kokoh namun sederhana. Tidak ada kesan angkuh dan tertutup. Ia pun melihat ada sesosok yang berbadan tegap menggunakan pakaian resmi. Ia berasumsi bahwa itu adalah petugas keamanan "Istana" Pemerintahan dan memberanikan diri melapor ke Petugas keamanan tersebut untuk bertemu "Sang Guru".
"Selamat Siang Pak!"
Sang Petugas Keamanan yang awalnya terlihat sangar bin angker, ternyata bersikap ramah saat berdialog dengan pemuda tersebut.
"Selamat Siang, maaf Anda ada kepentingan apa ya?", tanya sang petugas.
"Perkenalkan saya Fulan, dari negeri seberang. Saya ingin bertemu dengan Pemimpin negeri ini.."
"Oh, ya, silakan isi buku tamu ini dulu."
"Baik pak, terima kasih. Tapi beliau ada kan Pak?"
"Beliau ada kok. Ngomong-ngomong, ada keperluan apa ya dik?", petugas keamanan itu bertanya lagi.
"Begini Pak, saya sangat mengagumi kemajuan yang terjadi di negeri ini. Padahal sekitar 10 tahun yang lalu negeri ini baru saja menderita akibat peperangan yang terjadi. Maka dari itu saya sangat ingin bertemu dengan pemimpin negeri ini. Saya ingin belajar banyak dari negeri ini."
Sang Petugas Keamanan tersenyum dan bercerita,
"Memang negeri ini sempat hancur dan menderita akibat perang antar golongan yang terjadi di negeri ini. Akan tetapi itu semua sudah kami lupakan dan kami bertekad untuk membangun negeri ini dalam damai. Oya dik, silakan duduk dulu."
Sang Petugas Keamanan pun mempersilakan si pemuda untuk duduk di Pos Jaga, lalu ia menelepon sekretaris Sang Pemimpin.
"Sekretaris sudah saya beritahu..."
"Terima kasih Pak," Sang Pemuda tersebut memotong.
"Saya harus ke mana pak?"
Sang Petugas Keamanan kembali tersenyum,
"Di sini saja dulu. Oya, jadi Anda ini mau belajar di negeri ini?", tukas Sang Petugas.
"Betul sekali pak. Akan sangat berharga bagi saya untuk bisa belajar di negeri ini sebelum kembali ke negeri saya."
"Akan saya buka sedikit rahasia, mengapa negeri kami bisa begini. Meskipun saya petugas keamanan, saya tetap membuka wawasan saya lho."
Sang Petugas pun memulai ceritanya,
"Jadi begini, kamu tau kutu loncat kan?
Seekor binatang yang dapat meloncat 200 kali tinggi tubuhnya. Ia dapat mempunyai kekuatan seperti itu karena ia dapat memaksimalkan kemampuan dirinya."
"Ada sebuah cerita tentang kutu loncat ini. Suatu ketika ada eksperimen yang dilakukan oleh seorang ilmuwan. Ia memasukkan seekor kutu loncat ke dalam kotak korek api.
Kutu loncat itu pun meloncat di dalam kotak korek api tersebut. Dapat diduga, kutu loncat tersebut menabrak dinding kotak.. Begitu terus berulang-ulang.. Sampai akhirnya si kutu mencoba mengurangi tenaga loncatnya.
Beberapa kali masih terbentur, namun di percobaan yang ke sekian ratus kali, ia akhirnya berhasil meloncat dengan aman, tanpa terbentur dinding."
"Kutu tersebut berada di kotak korek api selama 3 minggu.
Setelah 3 minggu berlangsung, kutu tersebut dilepaskan dari kotak korek api.
Apa yang terjadi setelah itu, kutu loncat tersebut menjadi sangat terbiasa melompat sebatas seperti masih di dalam kotak korek api tadi, seolah-olah ia takut terbentur dinding kotak padahal sebetulnya tidak ada kotak.
Kutu tersebut kehilangan kemampuan meloncat sampai 200 kali tinggi tubuhnya. Ia hanya meloncat dengan "aman"."
"Nah, ibarat itulah kemampuan manusia. Lebih dari berabad-abad negeri kami ini merasa "terkungkung" seperti kutu loncat dalam kotak korek. Kami merasa takut untuk bergerak bebas.
Sebetulnya yang kami takuti bukanlah hal yang nyata seperti dinding korek itu. "Dinding" yang kami hadapi adalah sebuah "tradisi" yang mengakar sangat kuat, sebuah "kepentingan" yang licik, dan sebuah kebiasaan yang sangat lazim sehingga apabila ada hal-hal baru seolah-olah "terbentur" dengan "dinding-dinding" tadi."
"Akhirnya pada 10 tahun lalu ada gerakan "terobosan" yang berusaha keluar dari dalam "kotak". Gerakan ini mendapat perlawanan yang amat kuat sehingga terjadi perang ideologis."
"Peperangan itu sebenarnya lebih banyak "berperang melawan diri sendiri" daripada melawan orang lain.
Peperangan itu lebih banyak pada aspek kejiwaan daripada aspek fisik. Walaupun secara fisik memang ada beberapa orang yang harus rela berkorban raga. Namun itulah tonggak perubahan.
Peperangan itu akhirnya dimenangkan oleh kaum yang menginginkan perubahan dan terobosan."
"Dan dari sisa-sisa kemenangan kami itulah, negeri ini dibangun kembali. Kami memaksimalkan segala potensi yang dimiliki oleh putra-putri negeri kami sendiri. Kami tidak menghancurkan segala tradisi yang mengungkung, kepentingan yang licik, dan kebiasaan-kebiasaan yang salah di negeri ini."
Petugas Keamanan itu terlihat sangat berbeda dari awal perjumpaan mereka. Ia menjadi sangat berapi-api seolah-olah ingin meledak, tetapi cara berbicaranya sangat terstruktur dengan baik. Setelah itu terdengar suara panggilan telepon di Pos Jaga dan Sang Petugas Keamanan pun segera menerimanya. Ternyata sebuah panggilan untuk Sang Petugas Keamanan. Akhirnya ia pun berpamitan kepada Sang Pemuda tersebut.
Sang Pemuda yang dari awal mendengarkan semakin terbakar juga semangatnya untuk segera mengadakan terobosan-terobosan di negerinya. Ia merasa sangat terinspirasi oleh cerita Sang Petugas Keamanan tadi. Di dalam pikiran sang Pemuda ia bagaikan mendapat ide segar yang harus segera dilaksanakan. Keinginan untuk bertemu "Sang Guru" alias Pemimpin negeri tersebut menjadi tidak sebesar tadi karena ia ingin cepat-cepat pulang.
Tak lama kemudian datanglah Petugas Keamanan yang lain. Kali ini pakaiannya masih mirip dengan yang pertama namun berwarna lain dan ditambahi tulisan "SECURITY" melingkar di lengan kanannya. Sang Pemuda pun memutuskan untuk segera pulang, ia pun akan berpamitan kepada Petugas Keamanan yang baru datang ini.
"Pak, mohon maaf saya tidak jadi bertemu Sang Pemimpin. Saya harus segera kembali ke negeri saya karena saya memiliki pekerjaan yang amat banyak."
"Lho dik, justru saya ke sini untuk menyampaikan permohonan maaf dari Sang Pemimpin karena telah menerima kedatanganmu hanya di Pos Jaga ini."
Sang Pemuda tidak begitu mengerti maksud Petugas Keamanan yang baru ini.
"Maksud Bapak, yang bicara panjang lebar tadi di Pos Jaga ini? Dia atasan bapak kan? Saya lihat pakaiannya mirip pak, berjas resmi hanya warnanya saja yang berbeda dan tidak ada tulisan "SECURITY"-nya."
"Iya, dia memang atasan saya, tetapi atasan yang paling atas. Alias Sang Pemimpin. Beliau kebetulan tadi sedang berjalan-jalan memeriksa Pos Jaga ini, dan saya disuruhnya berkeliling untuk patroli. Sebenarnya saya tidak enak meninggalkan beliau sendiri di sini, tapi ini saya kan cuma menjalankan perintah."
Sang Pemuda kaget bukan main bahwa yang tadi ia sangka adalah Sang Petugas Keamanan ternyata adalah Sang Pemimpin itu sendiri! Alangkah malunya ia tadi memotong pembicaraan. Dan alangkah kagumnya ia terhadap kerendahan hati Sang Pemimpin tadi. Pantas saja cara berpikir dan berbicaranya luar biasa, pikir Sang Pemuda itu.
"Wah, mohon maaf Pak, saya tidak tahu kalau itu adalah Sang Pemimpin negeri ini. Saya benar-benar tidak tahu soalnya saya dari negeri seberang Pak. Lagipula beliau sangat bersikap sederhana."
"Ya, tidak apa-apa. Itu sudah biasa terjadi, beliau memang begitu, bersikap sederhana dan saking sederhananya orang yang pertama kali berjumpa dengannya tidak akan menyangkan kalau beliau memiliki jabatan tertinggi di negeri ini. Mungkin itu karena ia berasal dari seorang guru. Ia memandang Pemimpin itu bukan kehormatan, tetapi sebuah amanah yang harus diemban, yang akan dimintai pertanggungjawabannya.", petugas keamanan itu menjelaskan.
Kini Sang Pemuda itu mendapatkan dua pelajaran yang amat berharga dari kunjungannya ke negeri ini. Yang pertama mengenai kisah kutu loncat tadi dan yang kedua adalah mengenai prinsip kepemimpinan.
Pertama : Jangan batasi kemampuan diri dengan apapun. Batasan itu biasanya lebih banyak dari dalam diri sendiri, sisanya dari luar. Akan tetapi jika ada gerakan bersama untuk "keluar dari kotak" dan membebaskan diri, niscaya batasan-batasan tersebut akan hancur.
Kedua : Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pemimpin adalah harus dapat melayani yang dipimpinnya, bukan sebaliknya. Seorang pemimpin bukan orang yang terkenal, tetapi orang yang mau mengenal segala aspek dari yang dipimpinnya.
--------------------------------
Semarang
140312
--------------------------------
Membangun Keluarga
Secara psikologis, ada 3 faktor pembentuk keluarga :
1. Paradigma pasangan tentang keluarga
Paradigma adalah cara pandang, cara bersikap terhadap suatu hal. Jadi dari awal masing2 individu baik suami maupun istri harus memperjelas bagaimana paradigma pribadinya tentang sebuah keluarga. Hal inilah yang akan menentukan kecocokan antara suami dan istri.
Misalkan suami memandang "membangun keluarga adalah untuk mendapat keturunan dan sekedar melanjutkan garis keluarga" sedangkan sang istri memandang "membangun keluarga adalah ibadah kepada Allah". Dua paradigma yang berbeda itu akan menyebabkan banyak ketidakcocokan dalam rumah tangga. Jadi paradigma awal haruslah disamakan.
2. Kompetensi dan partisipasi anggota keluarga
Kompetensi dan partisipasi masing2 anggota keluarga sangatlah penting. Harus ada keseimbangan yang baik antara suami, istri, dan anak-anak (apabila telah besar) dalam masalah kompetensi dan partisipasi untuk membangun keluarga. Suami mencari nafkah, istri mengurus rumah tangga, anak membantu orang tua. Masing2 anggota keluarga hendaklah mempunyai peran yang seimbang.
Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam kompetensi dan partisipasi, tentu keluarga tersebut tidak akan seimbang pula. Misalkan sang suami mencari nafkah, rumah tangga diurus pembantu, anak diurus baby sitter, sedangkan sang istri hanya bersantai. Atau sebaliknya, sang istri yang mencari nafkah, mengurus rumah tangga dan anak, sedangkan sang suami hanya berleha-leha. Sebaiknya segala sesuatunya harus seimbang.
3. Aktifitas anggota keluarga
Aktifitas anggota keluarga juga berpengaruh terhadap bangunan keluarga itu sendiri. Masing-masing anggota harus menjalankan aktifitasnya secara seimbang dan teratur. Jangan mementingkan sesuatu hal sehingga mengorbankan hal lain yang sebetulnya lebih penting. Jalankan aktifitas yang memang menjadi prioritas dalam membangun keluarga.
Misalkan sang suami dan istri bekerja dari pagi sampai malam, sedangkan rumah dan anak2 diurus oleh para pembantu. Maka hal ini tidak akan berdampak baik bagi keluarga karena aktifitas di luar rumah yang terlalu berlebihan. Anak2 tidak dibesarkan dengan kasih sayang orang tuanya tetapi dari kasih sayang pembantunya. Mendidik anak bukan hanya materi, tetapi kedekatan hati.
Paradigma Bentuk Keluarga dalam Islam
1. Beribadah kepada Allah
2. Menjaga kesucian diri
3. Merealisasikan amal / menerapkan hukum-hukum Allah
3 faktor di atas adalah menjadi kunci paradigma seorang muslim dalam sukses berumah tangga. 3 hal di atas yakni beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri masing-masing, dan merealisasikan amal / menerapkan hukum2 Allah haruslah menjadi sebuah niatan dari awal untuk membentuk keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah.
Pengertian SaMaRa
Keluarga yag Sakinah, Mawaddah, Warrahmah adalah keluarga yang mempunyai tujuan :
1. Kebahagiaan dunia
2. Kebahagiaan akhirat (masuk surga)
3. Dijauhkan dari api neraka
Kebahagiaan dunia saja tidak akan cukup karena dunia akan berakhir, sedangkan kehidupan yang abadi adalah di akhirat kelak. Tentu saja kita menginginkan kebahagiaan yang abadi yakni di surga. Dan jangan sampai kita menyentuh / masuk neraka walaupun sebentar, na'udzubillahi min dzalik.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. At-Tahrim (66):6)
Oleh karena itu, setiap keluarga muslim hendaklah memiliki VISI, MISI dan PROGRAM KERJA yang jelas dalam membangun keluarga untuk mencapai tujuan di atas. Di bawah ini adalah contoh saja, bagaimana Visi, Misi dan Program Kerja sebuah keluarga muslim :
VISI
"Semua Anggota Keluarga Mencapai Kebahagiaan dunia, Kebahagiaan akhirat (masuk surga) dan Dijauhkan dari Api Neraka"
MISI
1. Mencapai derajat taqwa
2. Hidup mulia atau mati syahid
PROGRAM KERJA
1. Shalat 5 waktu tepat waktu, dan berjamaah di masjid
2. Shaum (wajib dan sunnah)
3. Zakat dan sedekah
4. Haji (diniatkan dari sekarang)
5. Shalat Tahajjud
6. Shalat Dhuha
7. dll
Tentu saja inti dari semua ini adalah "teamwork" atau kerja sama antar suami, istri, dan anak dimana sang suami adalah pemimpinnya. Tanpa adanya kerja sama yang baik akan sulit membangun keluarga.
Wallaahu a'lam bishshawwaab.
(Sumber : tarbiyah)
Villa Kecil Kami
Rumah kami terletak di kawasan dataran yang cukup tinggi di kota Semarang, sehingga udaranya pun cukup sejuk. Jarak dari rumah ke kantor kurang lebih 13 km, jarak yang bisa ditempuh sekitar 20 menit jika menggunakan motor, tidak terlalu jauh bukan? Untuk menuju rumah kami, diperlukan tingkat kesabaran yang cukup tinggi karena setelah belok dari jalan raya antar kota (Jurusan Semarang-Solo), Anda harus menempuh 3 km jalan yang naik-turun serta berkelok. Namun begitu sampai ke kompleks rumah kami, rasa lelah pun hilang dengan melihat kesegaran pemandangan perbukitan hijau dan udara segar di sekitar kawasan rumah kami. Serasa tinggal di Villa :p.
Hari Minggu tanggal 29 Januari 2012, kami pun pindahan dari rumah kontrakan kami di Perumnas Banyumanik ke rumah kami yang baru. Jarak dari rumah kami yang lama tidak terlalu jauh, sekitar 4 km-an. Waktu itu kami dibantu oleh teman dari kantor dan juga tetangga kami di Perumnas. Alhamdulillah, sore itu juga rumah sudah bisa ditempati dan malam itu menjadi malam pertama kami di rumah :).
Berbicara tentang suhu udara, di rumah kami yang baru ini kami merasa kedinginan saat malam tiba. Mungkin faktor musim hujan ditambah letak rumah kami di dataran tinggi. Malam hari kami tidur, pintu harus tertutup, karena jika tidak angin yang berhembus masuk sangat dingin, brrrr... Benar-benar jadi serasa berada di Villa, tinggal tambah perapian saja biar hangat (tapi nanti tetangga mengira ada kebakaran, hehe).
Begitulah sekilas cerita singkat tentang rumah kami yang rasanya seperti Villa, walaupun sangat sederhana dan kecil jika mau dikatakan sebagai Villa. Jika Anda berkenan silakan mampir ke rumah kami, kami akan ajak Anda menikmati udara segar dan pemandangan hijau di bukit Gedawang, halah kayak promosi Objek Wisata aja :p.
Monitor Baru dan Koneksi Internet Yang Putus
Komputer di kantor yang saya pakai selama ini masih memakai monitor 15 inci model lama. Tapi saya pikir belum saatnya diganti karena masih dapat berfungsi dengan baik. Monitor itu merknya IBM (maaf g maksud promosi loh..hehe), mungkin itu yang membuat dia awet sekali dari tahun 2003-an. Sampai suatu hari ada percakapan antara saya, Pak D (rekan satu ruangan saya), dan Pak W (bagian rumah tangga dan pengadaan di kantor).
Ketika itu Pak W datang ke ruangan kami karena ada sedikit pekerjaan penataan ruang.
Tiba-tiba Pak D nyeletuk : "Pak W, monitornya Mas Aji ini tolong diganti dengan yang baru pak, model LCD itu loh pak. Soalnya gambarnya udah gak jelas saya bacanya"
(Padahal selama saya pake ga pernah tuh kejadian ga jelas gambarnya, Pak D aja jarang banget pake tuh komputer itu, wah sok tahu juga dia :D)
Pak W : "Oh ya? Ya gapapa pak kalo memang sudah saatnya diganti, tinggal mengajukan saja. Kebetulan kami masih ada sisa 1 pengadaan monitor kemarin, belum ada yang mengajukan dari bagian lain. Gimana mas Aji?"
Saya : (Tadinya mau bilang ga usah pak, tapi berhubung Pak W bilang ada sisa 1 kenapa ga? hehe) "Oh gitu pak, oke pak, nanti saya buat pengajuan." (Langsung berubah pikiran, takut nanti kalo pas butuh ngajukan susah dapetnya :D).
***
Dan akhirnya keesokan harinya saya pun membuat pengajuan dengan tanda tangan Koordinator saya, beliau pun ternyata tidak keberatan mengingat "barangnya sudah ada, tapi masih nganggur". Lalu saya pun menyerahkan pengajuan itu ke Pak W dan Asisten Manajer Administrasi, Pak T. Eh, ga sampe itungan 5 menit barang itu (monitor LCD) sudah diserahkan ke saya. Dengan senang hati saya menerima dan memasang monitor tersebut.
Namun ada hal aneh yang terjadi, ketika monitor yang baru saya pasang dan melepas monitor yang lama, koneksi internet di komputer tersebut jadi putus. Saya curiga ketika melepas kabel monitor lama, menyenggol kabel LAN di komputer tersebut dan membuatnya "unplugged". Saya pun berusaha melepas dan menyambung kembali si kabel LAN, masih tidak bisa. Digoyang-goyang pun tidak bisa. Akhirnya saya biarkan saja. Mungkin ini kompensasi, mendapat monitor baru yang tidak "urgent", harus dibayar dengan kehilangan koneksi internet di komputer tersebut :).
***
Apa ya hikmah dibalik kejadian-kejadian di atas? Mungkin kalo boleh saya menyimpulkan sedikit :
- Pengadaan barang seperti tanpa perencanaan, barangnya ada tapi belum tahu mau dipasang dimana, seharusnya kan ada permintaan dulu baru diadakan.
- Gunakan barang sampai benar-benar tidak bisa dimanfaatkan, baru minta ganti. Tapi kalo memang dapet "hibah" ya jangan ditolak :D.
- Ada lagi? silakan menyimpulkan dan mengambil hikmah sendiri.
Semoga bermanfaat :).
Perjalanan Penuh Warna (Bagian 2)
*sambungan dari :
Perjalanan Penuh Warna (Bagian 1)
Setelah Kakek kami mendapat masukan makanan dari Infus (beliau sudah sulit makan secara normal), Alhamdulillah Kakek terlihat bertambah segar. Kakek mulai bisa berkomunikasi walaupun masih belum bisa berbicara dengan jelas. Setelah masuk ruang ICCU perasaan kami agak lega karena Kakek sudah tertangani dengan baik. Malam harinya kami pun berbagi tugas ada yang berjaga di RS dan yang lain pulang ke rumah.
Keesokan harinya kami kembali ke RS untuk melihat kondisi Kakek. Beliau terlihat lebih baik lagi, sempat mengobrol dengan kami beberapa saat. Ingatan beliau masih sangat baik, menanyakan keadaan keluarga saya, dll. Pada sore harinya dengan berat hati kami pun berpamitan kepada Kakek untuk pulang ke Bandung dan terus ke Semarang. Suasana yang sangat mengharukan bagi kami karena rasanya ingin terus bersama beliau, tetapi kami harus mengingat kewajiban kami di kota lain.
Dari Sukabumi kami berangkat hari Minggu setelah Sholat Maghrib, menuju rumah ibu saya di kawasan Cinunuk, Cileunyi, Bandung. Pukul 22.30 sampai di rumah, saya yang sudah lelah ingin langsung istirahat. Namun ternyata anak kami, 'Aini malah terlihat cenghar (segar), dia malah mengajak main :). Selama beberapa saat dapat tertangani oleh Ibu saya dan keponakan-keponakan saya (Zylvi 10 tahun dan Rihhad 6 tahun). Mereka masih mau mengajak main 'Aini dan memang belum begitu mengantuk karena di mobil sudah tidur.
Ketika sudah puas bermain, 'Aini pun kami ajak tidur. Namun sangat sulit sekali bagi dia untuk tertidur, yang ada malah tambah rewel. Istri saya pun sudah melakukan berbagai macam cara mulai dari menyusuinya, menggendong, mengelus-elus, tapi tetap saja rewel. Akhirnya saya yang sudah setengah tertidur pun harus bangun lagi, saya coba menyetel film kesukaannya 'Aini, Barney and Friends. Dia pun terlihat anteng dan mulai mengantuk, tetapi sampai filmnya habis dia belum tidur juga, disetel lagi masih rewel. Akhirnya 'Aini saya gendong dengan posisi tegak tapi kepalanya bersandar di bahu saya. Eh, tidak lama kemudian dia akhirnya tidur, mungkin minta jatah gendongan Bapaknya nih.. hehe.
Keesokan harinya, Senin tanggal 23 Januari 2012 kami berencana bersilaturrahim ke rumah Neneknya Istri saya di kawasan Setiabudi, Bandung. Pukul 11 kami berangkat ke rumah Mertua dulu untuk menjemput mereka sekeluarga (istri saya 3 bersaudara). Kami ber-10 (Ayah mertua, Ibu mertua, Kakak Ipar laki2, Kakak Ipar perempuan, 2 anak kakak ipar, Saya, Istri, anak saya, dan Adik Ipar) berangkat ke Setiabudi dengan menggunakan 1 mobil dan 1 motor. Sebelum ke Setiabudi kami mampir ke "Griya Toserba" karena Kakak saya ingin belanja dan mengajak anak2nya main di Game Center. Kami pun sekalian makan siang di sana.
Dari Griya Toserba tak terasa sudah jam 3 sore, kami pun berangkat ke Setiabudi, rumah Nenek kami. Sampai disana kami disambut dengan hangat oleh Nini (panggilan Nenek), dan keluarga adik-adiknya Ayah Mertua saya. 'Aini pun sangat senang bermain di rumah Nini, begitu juga kakak-kakak sepupunya, Icha 3 tahun, dan Upi 13 bulan. Kami pun berpamitan pulang setelah sholat Maghrib, saya dan istri sekalian berpamitan untuk terus ke Semarang.
Malam itu kami bermalam di rumah Ayah mertua saya lagi, sebelum pulang ke Semarang. Kami berencana untuk pulang ke Semarang pada hari Selasa dini hari, sekitar pukul 3 pagi, namun ternyata kami baru terbangun pada pukul 03.30. Akhirnya kami memutuskan berangkat setelah sholat Shubuh agar lebih tenang. Kami pun berpamitan pada keluarga Mertua saya, 'Aini yang sedang tertidur akhirnya bangun ketika akan dipindahkan ke mobil, mungkin dia ingin melihat Kakek dan Neneknya dulu sebelum pulang, hehe.
Pada saat itu awalnya kami akan langsung pulang ke Semarang, tetapi kami baru ingat ada barang yang tertinggal di rumah Kakak saya (dekat dengan rumah ibu saya di Cinunuk, Cileunyi). Tadinya cuma mampir sebentar untuk ambil barang, eh, 'Aini-nya pup (BAB), terpaksa deh turun dari mobil ikut ganti popok :). Pada saat proses ganti popok tersebut, saya menelepon Ibu saya untuk laporan bahwa saya di rumah Kakak saya mampir. Ternyata Ibu mengabarkan bahwa beliau harus kembali ke Sukabumi untuk menengok lagi Kakek karena dikabarkan sudah agak hilang kesadarannya.
Kami sempat bingung, apa saya harus menambah cuti untuk ke Sukabumi juga? Saya khawatir kalau saya pulang tetapi terjadi sesuat pada Kakek bagaimana? Tetapi saya menyerahkan sepenuhnya pada Allah, masalah ajal Kakek saya tidak ada yang tahu selain Allah.Juga mengingat kondisi fisik saya, istri, dan 'Aini yang masih harus melakukan perjalanan jauh ke Semarang akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke Semarang saja.
Kami mengantar Ibu sampai ke Cileunyi, beliau naik kendaraan yang ke arah Teminal Leuwi Panjang, lalu menyambung naik Bis ke Sukabumi. Saya sangat kagum pada Ibu saya, di usianya yang mendekati 60 tahun masih sangat mandiri dan segar melakukan perjalanan tersebut.
Selesai mengantar Ibu, kami pun melaju ke Semarang, waktu pada saat itu menunjukkan sudah pukul 07.45. Alhamdulillah di perjalanan tidak ada kemacetan, kami sempat berhenti beberapa kali untuk Ishoma. Di Cirebon kami sempat mampir untuk makan siang dengan menu khas Cirebon, yakni Nasi Jamblang :). Di Tegal kami pun sempat mampir ke Pantai Purwahamba karena letaknya sangat dekat ke Jalan Raya. Namun ketika sudah sampai pantai, eh, 'Aininya tidur, kami pun tidak lama di pantai tersebut. Lagipula saat itu ombaknya sedang tinggi sehingga tidak diperbolehkan berenang atau bermain air.
Perjalanan kami sempat terhambat karena banyak lubang di jalanan Brebes, Tegal, dan Pemalang.. Dan akhirnya ban kanan belakang jadi korbannya. Di Batang, kami terpaksa berhenti karena ban kanan belakang bocor. Ketika akan mengganti ban (itu pengalaman pertama saya mengganti ban di mobil itu) ternyata dongkraknya rusak! Setelah itu saya pun melambai2kan tangan ke arah mobil2 yang lewat dengan maksud meminjam dongkrak. Namun dari 2 mobil yang mau berhenti, mereka semua tidak membawa dongkrak, tetapi saya mendapatkan informasi dari mobil yang kedua bahwa tukang tambal ban tidak jauh di depan.
Akhirnya si Bumbum saya paksa maju sekitar 200 m lagi dengan kondisi ban bocor. Mau gimana lagi, untung tidak terlalu jauh. Di tempat tambal ban tersebut Alhamdulillah semua bisa tertangani dengan baik. Tukang tambalnya pun tidak pasang harga yang oportunis, sewajarnya saja, Alhamdulillah :). Kami pun melanjutkan perjalanan ke Semarang dengan hati-hati. Sampai di Banyumanik sudah memasuki waktu Maghrib. Alhamdulillah, perjalanan yang sangat penuh warna di masa liburan ini :).
Perjalanan Penuh Warna (Bagian 1)
Bulan Januari ini saya dan keluarga sudah merencanakan untuk pulang kampung ke Bandung berhubung ada libur di hari senin tanggal 23 Januari 2012. Selain itu ternyata sang Kakek di Sukabumi sedang sakit parah, maka saya memutuskan menambah libur dengan mengambil cuti 2 hari, yakni hari Jumat tanggal 20 dan Hari Selasa tanggal 24, sehingga liburnya menjadi 5 hari :).
Perjalanan dimulai pada hari Jumat dini hari, tepatnya pukul 02.30, kami meluncur ke arah Bandung dari Semarang menggunakan Mitsubishi Lancer SL 82 yang kami namakan "Si Bumbum". Mengapa kami memutuskan berangkat jam segitu? Alasannya kami menghindari macet di daerah Semarang sampai Batang yang biasanya dipadati truk-truk besar.. Alhamdulillah sepanjang perjalanan lancar dan tidak ada kemacetan.. Kami berhenti Sholat shubuh di daerah Batang lalu melanjutkan perjalanan sampai Cirebon.
Sampai di Cirebon sekitar pukul 07.00, kami memutuskan untuk mencari sarapan Nasi Kuning, lalu silaturrahmi ke saudara kami di Cirebon (keluarga Aki Ari & Ni Popi). Disana kami juga menengok cucu mereka yang baru 8 bulan (seumur dengan 'Aini), namanya Quinsa :). Namun kami tidak sempat bertemu dengan anak-anak dari Aki Ari & Ni Popi karena mereka semua bekerja. Setelah beristirahat dan mandi di rumah mereka, kami pun berangkat lagi ke Bandung, waktu menunjukkan pukul 09.30.
Sepanjang perjalanan Cirebon-Bandung ternyata lumayan padat, terutama di daerah Sumedang. Memasuki daerah Paseh (Nyalindung), jalanan berkelok-kelok dan menanjak. Beberapa truk berjalan sangat pelan bersusah-payah mendaki. Kami bersabar saja di belakang sambil menjaga jarak, bila situasi aman baru kami menyusul. Akhirnya sampai juga di kecamatan Cimalaka, Sumedang pukul 11.40, sudah mendekati waktu Sholat Jum'at. Kami pun berhenti di Masjid Cimalaka, saya menunaikan Sholat Jum'at terlebih dahulu sedangkan Istri dan 'Aini berjalan-jalan di sekitar kawasan Masjid yang sejuk.
Dari situ kami melanjutkan perjalanan langsung menuju rumah Ayah mertua saya di kawasan Cijambe, Ujung Berung, Bandung. Sesampainya di rumah pada sekitar pukul 14.30, sang sopir alias saya sendiri pun langsung 'ambruk'. Beres menurunkan barang, saya istirahat sampai menjelang Maghrib. Kalau istri dan anak sih masih segar2 saja, soalnya mereka sepanjang perjalanan sudah cukup tidur :).
Malamnya entah kenapa HP saya tiba2 error tidak bisa dihubungi, HP istri saya juga begitu, mungkin sinyal di rumah Mertua saya kurang bagus, maklum di daerah gunung :p. Setelah shubuh baru ibu saya bisa menelepon, mengabarkan bahwa Kakek saya (Ayah dari Ibu) kedaannya makin parah dan merencanakan segera berangkat ke Sukabumi. Namun Ibu harus masuk ke tempat kerjanya dulu karena harus melayani pasien.. Akhirnya pukul 12 siang kami baru bisa meluncur ke Sukabumi.
Alhamdullillah selama perjalanan kami diberi kelancaran, dan Si Bumbum pun sehat, walaupun usianya sudah 30 tahun.. Sampai di Sukabumi sekitar pukul 15.00, saat itu keluarga besar kami sudah berkumpul. Ada keluarga kakak dan adik-adik dari Ibu saya (semuanya 7 bersaudara). Saya dan istri pun langsung menghampiri Sang Kakek yang sudah amat lemas terbaring di kamarnya. Waktu itu memang posisi Kakek masih di rumah, karena beliau keukeuh (memaksa) tidak mau dirawat di RS. Namun setelah dokter kami panggil ke rumah, dokter pun menjelaskan pada kami sekeluarga besar bahwa Kakek harus dibawa ke RS walaupun agak 'memaksa'.
Dokter Linda akhirnya bisa meluluhkan hati Kakek untuk mau dibawa ke RS. Kami sekeluarga besar mengantar Kakek kami ke RSUD Syamsudin, SH Kota Sukabumi. Alhamdulillah dengan bantuan dr. Linda proses pemeriksaan dari IGD cepat ditangani sampai masuk ke ruang ICCU. Kadang kasihan juga melihat pasien lain sepertinya lama menunggu di IGD. Kami sangat bersyukur diberi kemudahan oleh Allah dalam semua proses ini.
*bersambung ke Perjalanan Penuh Warna (Bagian 2)...