Kerja Kok Sabtu-Minggu Sih?


Bismillaahirrahmaanirrahiim…


Jumat, 13 April 2012, di penghujung jam kerja. Koordinator saya di kantor secara mendadak memberi tahu, “Mas besok ke Proyek Gardu Induk Gondangrejo (daerah Solo) ya, ngawas K3-nya. Besok dan Minggu ada rencana energize (pemberian tegangan)…”

Saya pun hanya bisa menjawab, “Ok pak, nanti saya hubungi teman di sana untuk koordinasi”. Saya sebenarnya kaget sekali mendengar rencana energize Gardu Induk Gondangrejo itu. Soalnya beberapa saat lalu saya masih dengar kabar kalo masih banyak ketidaksiapan dalam rencana energize GI tersebut. Beberapa alat belum datang juga karena ada masalah di pengiriman barang dari Inggris. Demikian juga beberapa pekerjaan persiapan yang harusnya sudah dilaksanakan, ini malah belum.

Saya pun menghubungi teman saya yang standby di sana (Gondangrejo) untuk memastikan. Ternyata memang belum siap. Dia bilang akan diundur minggu depan karena ketidaksiapan tadi. Ok, berarti tidak jadi deh kerja sabtu-minggu mendadaknya. Setidaknya sudah ada gambaran untuk minggu depan. Koordinator pun saya hubungi, dan dia pun akhirnya mengerti kondisi di lapangan.

Kerja kok Sabtu-Minggu?

Ini pertanyaan yang pertama kali diajukan istri saat saya kabari akan dinas ke Solo hari Sabtu-Minggu. Ya memang keluarga hanya mau tau kalo Sabtu-Minggu adalah waktunya libur, bukan kerja. Tapi saya jelaskan bahwa ini terkait dengan instalasi listrik existing (yang sudah terpasang).

Saat energize, kita harus memadamkan sistem transmisi listrik yang sudah terpasang. Agar pemadaman itu hanya di sisi transmisi dan tidak sampai ke rumah-rumah warga, maka dipilih hari yang bebannya sedikit. Dan hari sabtu-minggu lah yang bebannya paling sedikit karena banyak kantor yang libur.

Kalo pemadaman dilakukan di hari lain (Senin-Jumat), dikhawatirkan ketika transmisi dipadamkan beban yang dialihkan terlalu besar sehingga jalur lain tidak kuat menampung beban tersebut. Otomatis harus ada pemadaman di sisi pelanggan. Dan ini yang sebenarnya sangat dihindari oleh PLN. Karena pelanggan pasti protes.

Analogi

Jika penjelasan di atas kurang dapat dipahami, saya akan memakai analogi dengan saluran air. Ibaratnya “transmisi” adalah saluran air “besar”, yang atau bisa dikatakan “sungai besar”. Lalu di bawah itu ada “distribusi” ibarat “pipa-pipa besar”, dan di bawahnya lagi ada “sambungan rumah” atau diibaratkan “pipa-pipa kecil”.

Nah, dalam hal pengerjaan proyek ini, yang harus kami padamkan adalah di sisi “transmisi” atau “sungai besar”. “Sungai besar tadi harus “ditutup” terlebih dahulu agar proyek kami bisa dikerjakan dengan aman. Nah, bagaimana “pipa-pipa besar” dan “pipa-pipa kecil” dapat suplai air kalau “sungai besar”-nya ditutup? Ya harus dialihkan ke “sungai besar” alternatif lainnya. Dengan syarat, kapasitas “sungai besar” alternatif ini harus cukup dialiri “air limpahan” dari “sungai besar” yang ditutup.

Di hari-hari tertentu “debit air” dalam semua saluran air akan berbeda. Nah, di hari Sabtu-Minggu lah, permintaan debit air di “pipa-pipa kecil” tidak terlalu besar sehingga masih dapat disuplai dari “sungai besar” alternatif tadi. Jadi ya, mau tidak mau harus dilaksanakan di hari Sabtu-Minggu.

Bekerja, Bekerja, Bekerja… Secara Seimbang!

Bekerja di hari apapun sebetulnya bukan menjadi masalah bagi kami, abdi masyarakat. Permintaan listrik dari masyarakat 24 jam nonstop setiap hari. Tinggal bagaimana mengaturnya sehingga tetap dapat seimbang dengan hal lainnya. Jika tidak, kami sebagai manusia biasa tidak akan sanggup mengerjakannya. Bisa stress deh.. he he.

Intinya harus diniatkan sebagai ibadah, melayani masyarakat. Juga bagi keluarga, memberi nafkah. InsyaAllah tidak akan berat..

Wallahu a’lam bishshawwaab

Semarang
14042012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar